Demo Blog

BUDAYA DARI PERSPEKTIF SEJARAH MUSIK KERONCONG

by shela mutia on Nov.22, 2009, under

SENI PERTUNJUKAN DALAM PERSPEKTIF SEJARAH:
KEBERADAAN MUSIK KERONCONG DI INDONESIA*
Seni Pertunjukan adalah segala ungkapan seni yang substansi dasarnya adalah yang
dipergelarkan langsung di hadapan penonton. Seni pertunjukan dapat dipilah menjadi tiga
kategori yakni:
1. Musik (vokal, instrumental, gabungan)
2. Tari (representasional dan non-representasional)
3. Teater (dengan orang atau boneka/wayang sebagai dramatis personae).(Kasim,
2005).
Agak sulit rasanya untuk membicarakan perkembangan seni pertunjukan di Indonesia
secara keseluruhan, sebab masing-masing kategori (musik, tari dan teater) memiliki
karakter dan kekhasan tersendiri dan sangat kompleks. Oleh sebab itu, saya tidak akan
membahas ketiga kategori di atas, tetapi akan memfokuskan pembahasan hanya pada seni
pertunjukan musik, khususnya musik keroncong.
Akan halnya keberadaan musik keroncong ini, ada beberapa pendapat yang berbeda.
Di satu pihak ada yang mengatakan bahwa sejarah perkembangan musik keroncong
dimulai pada abd ke 17, masa ketika kaum mardijkers, keturunan Portugis mulai
memperkenalkannya di Batavia. Dari tulisan-tulisan A.Th.Manusama, Abdurachman R.
Paramita, S. Brata dan Wi Enaktoe kita dapat memahami bahwa menurut mereka
keroncong bukanlah kesenian asli ciptaan orang-orang Indonesia.


Akan halnya keberadaan musik keroncong ini, ada beberapa pendapat yang berbeda.
Di satu pihak ada yang mengatakan bahwa sejarah perkembangan musik keroncong
dimulai pada abd ke 17, masa ketika kaum mardijkers, keturunan Portugis mulai
memperkenalkannya di Batavia. Dari tulisan-tulisan A.Th.Manusama, Abdurachman R.
Paramita, S. Brata dan Wi Enaktoe kita dapat memahami bahwa menurut mereka
keroncong bukanlah kesenian asli ciptaan orang-orang Indonesia.




Mulai tahun 1920-an, banyak lahir kelompok-kelompok keroncong di kota-kota besar
seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan Solo. Dan sebagian pemainnya
terdiri dari orang-orang Belanda. Dengan adanya unsur-unsur pemusik Barat, terutama di
Jakarta, Surabaya dan Bandung, mendorong timbulnya ”cap barat” pada musik
keroncong. ”Cap barat” itu semakin diperkuat oleh kenyataan perilaku para pelaku dan
penikmat keroncong yang agak ekslusif. Kebiasaan bernyanyi sambil minum minuman
keras, dansa-dansi, pesta-pesta dengan meniru budaya barat. Namun tidak demikian
halnya di daerah Jawa Tengah (Jogyakarta, Solo dan Semarang). Di Jawa Tengah
keroncong berakulturasi dengan musik tradisional setempat seperti gamelan. Fungsi alat
musik diidentikkan dengan fungsi alat musik dalam gamelan. Bass diidentikkan dengan
gong, cello dengan kendang, gitar dan biola atau suling dengan gambang serta rebab.
Lagu-lagu dari Jawa Tengah lebih tenang dan lembut. Irama dan perpindahan nadanya
lebih lambat, sehingga memungkinkan banyak cengkok dalam menyanyikan lagunya.
Cara menyanyikan dengan banyak cengkok juga identik dengan cara menyanyi lagu-laguJawa. Sehingga berkembang satu bentuk atau corak musik keroncong yang dikenal
dengan langgam (kroncong Jawa).


Agaknya, sekarang masyarakat Indonesia secara umum mengenal musik keroncong
sebagai sebuah kesenian musik khas Indonesia yang memiliki irama yang dinamis,
melodius dan teknik bernyanyinya dengan cengkok khusus, dibawakan oleh pemain
musik dan penyanyi yang sopan dan tidak banyak gerak dan gaya, sehingga terkesan
kaku. Banyak orang mengganggap keroncong adalah musik untuk kalangan orang tua.
Pada hal bila ditelusuri ke belakang, sebenarnya musik jenis ini justru dinyanyikan oleh
kalangan muda untuk merayu para nona-noni




Sumber: http://find-docs.com sejarah musik keroncong


nama:shela mutia
kelas :1ka32
npm:16110509
0 komentar more...

0 komentar

Posting Komentar

Looking for something?

Use the form below to search the site:

Still not finding what you're looking for? Drop a comment on a post or contact us so we can take care of it!