HUBUNGAN ANTARA BUDAYA DAN TEKNOLOGI INFORMASI
by shela mutia on Nov.22, 2009, under
pada era globalisasi ini indonesia harus berhadapan dengan era teknologi dan informasi global
yang berdampak pada tumbuhnya transformasi sosial dan budaya.
kebudayaan dan teknologi Penciptaan sistem-sistem melalui upaya-upaya teknologis dapat menghasilkan sistem-sistem yang memperbaiki tata kehidupan masyarakat, tetapi dapat pula
menciptakan sistem-sistem yang justru mengganggu, bahkan menghancurkan tatakehidupan.
Gangguan yang diakibatkan dari pemfungsian sistem-sistem ciptaan.
tersebut ada yang langsung teramati atau terasakan, dan ada pula yang lambat
teramati atau disadari. Dan pada dasarnya, setiap sistem yang tercipta sebagai
hasil upaya teknologis, selalu mengandung dua hal, yaitu disatu sisi menyelesaikan
persoalan di dalam memenuhi bekutuhan orang ataupun masyarakat, tetapi di sisi
lain mengandung bibit-bibit persoalan baru. Persoalan yang terkandung di tiap
upaya penyelesaian persoalan tersebut dapat segera terasakan, atau muncul dan
teramati atau terasakan setelah suatu tenggang waktu tertenyu.
teknologi informasi menuntut adanya tata-nilai budaya
masyarakat yang mampu mengelola pelaksanaan upaya-upaya teknologis
masyarakat tersebut, sehingga dapat mencegah kehancurannya sebagai akibat dari
ciptaannya sendiri. Keberhasilan suatu masyarakat di dalam berteknologi,
karenanya, memerlukan adanya unsur kekuatan penyeimbang di dalam budaya.
Penciptaan sistem-sistem melalui upaya-upaya teknologis dapat menghasilkan
sistem-sistem yang memperbaiki tata kehidupan masyarakat, tetapi dapat pula
menciptakan sistem-sistem yang justru mengganggu, bahkan menghancurkan tatakehidupan.
Gangguan yang diakibatkan dari pemfungsian sistem-sistem ciptaan
tersebut ada yang langsung teramati atau terasakan, dan ada pula yang lambat
teramati atau disadari. Dan pada dasarnya, setiap sistem yang tercipta sebagai
hasil upaya teknologis, selalu mengandung dua hal, yaitu disatu sisi menyelesaikan
persoalan di dalam memenuhi bekutuhan orang ataupun masyarakat, tetapi di sisi
lain mengandung bibit-bibit persoalan baru. Persoalan yang terkandung di tiap
upaya penyelesaian persoalan tersebut dapat segera terasakan, atau muncul dan
teramati atau terasakan setelah suatu tenggang waktu tertenyu.
Teknologi merupakan bagian dari himpunan informasi yang termasuk dalam
pengetahuan ilmiah yang berisikan informasi preskriptif mengenai penciptaan
sistem-sistem dan pengoperasian sistem-sistem ciptaan tersebut. Bagian dari himpunan informasi tentang ilmu atau pengetahuan yang bersifat
deskriptif, yaitu memberikan gambaran dan penjelasan tentang sistem-sistem yang
ada, bahwa keterbukaan terhadap pengujian dan penilaian dari segenap
anggota masyarakat merupakan unsur tata-nilai yang penting bagi keberhasilan
masyarakat tersebut di dalam berteknologi,
Kemajuan teknologi tidak akan dapat dimanfaatkan dan dikembangkan tanpa adanya publikasi. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi Teknologi yang satu ini sangat berkaitan dengan mobilitas kehidupan manusia di era teknologi ini. Beberapa contoh media teknologi informasi dan komunikasi diantaranya adalah ponsel, televisi, radio dan komputer. Maka tak heran jika perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pun melaju secara signifikan dan dapat dikatakan sangat cepat.
Sebagai hasilnya pada zaman era globalisai terjadi: (a) Pengkayaan
khazanah informasi budaya dan IPTEK masyarakat yang bersangkutan; (b)
Pertumbuhan industri, peningkatan pendapatan; serta (c) Pembentukan
sumberdaya pendukung terlaksananya aktivitas
yang berdampak pada tumbuhnya transformasi sosial dan budaya.
kebudayaan dan teknologi Penciptaan sistem-sistem melalui upaya-upaya teknologis dapat menghasilkan sistem-sistem yang memperbaiki tata kehidupan masyarakat, tetapi dapat pula
menciptakan sistem-sistem yang justru mengganggu, bahkan menghancurkan tatakehidupan.
Gangguan yang diakibatkan dari pemfungsian sistem-sistem ciptaan.
tersebut ada yang langsung teramati atau terasakan, dan ada pula yang lambat
teramati atau disadari. Dan pada dasarnya, setiap sistem yang tercipta sebagai
hasil upaya teknologis, selalu mengandung dua hal, yaitu disatu sisi menyelesaikan
persoalan di dalam memenuhi bekutuhan orang ataupun masyarakat, tetapi di sisi
lain mengandung bibit-bibit persoalan baru. Persoalan yang terkandung di tiap
upaya penyelesaian persoalan tersebut dapat segera terasakan, atau muncul dan
teramati atau terasakan setelah suatu tenggang waktu tertenyu.
teknologi informasi menuntut adanya tata-nilai budaya
masyarakat yang mampu mengelola pelaksanaan upaya-upaya teknologis
masyarakat tersebut, sehingga dapat mencegah kehancurannya sebagai akibat dari
ciptaannya sendiri. Keberhasilan suatu masyarakat di dalam berteknologi,
karenanya, memerlukan adanya unsur kekuatan penyeimbang di dalam budaya.
Penciptaan sistem-sistem melalui upaya-upaya teknologis dapat menghasilkan
sistem-sistem yang memperbaiki tata kehidupan masyarakat, tetapi dapat pula
menciptakan sistem-sistem yang justru mengganggu, bahkan menghancurkan tatakehidupan.
Gangguan yang diakibatkan dari pemfungsian sistem-sistem ciptaan
tersebut ada yang langsung teramati atau terasakan, dan ada pula yang lambat
teramati atau disadari. Dan pada dasarnya, setiap sistem yang tercipta sebagai
hasil upaya teknologis, selalu mengandung dua hal, yaitu disatu sisi menyelesaikan
persoalan di dalam memenuhi bekutuhan orang ataupun masyarakat, tetapi di sisi
lain mengandung bibit-bibit persoalan baru. Persoalan yang terkandung di tiap
upaya penyelesaian persoalan tersebut dapat segera terasakan, atau muncul dan
teramati atau terasakan setelah suatu tenggang waktu tertenyu.
Teknologi merupakan bagian dari himpunan informasi yang termasuk dalam
pengetahuan ilmiah yang berisikan informasi preskriptif mengenai penciptaan
sistem-sistem dan pengoperasian sistem-sistem ciptaan tersebut. Bagian dari himpunan informasi tentang ilmu atau pengetahuan yang bersifat
deskriptif, yaitu memberikan gambaran dan penjelasan tentang sistem-sistem yang
ada, bahwa keterbukaan terhadap pengujian dan penilaian dari segenap
anggota masyarakat merupakan unsur tata-nilai yang penting bagi keberhasilan
masyarakat tersebut di dalam berteknologi,
Kemajuan teknologi tidak akan dapat dimanfaatkan dan dikembangkan tanpa adanya publikasi. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi Teknologi yang satu ini sangat berkaitan dengan mobilitas kehidupan manusia di era teknologi ini. Beberapa contoh media teknologi informasi dan komunikasi diantaranya adalah ponsel, televisi, radio dan komputer. Maka tak heran jika perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pun melaju secara signifikan dan dapat dikatakan sangat cepat.
Sebagai hasilnya pada zaman era globalisai terjadi: (a) Pengkayaan
khazanah informasi budaya dan IPTEK masyarakat yang bersangkutan; (b)
Pertumbuhan industri, peningkatan pendapatan; serta (c) Pembentukan
sumberdaya pendukung terlaksananya aktivitas
HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN PERUBAHAN SOSIAL-BUDAYA
by shela mutia on Nov.22, 2009, under
A. Pendidikan sebagai Sosialisasi Kebudayaan
Telah kita ketahui bersama bahwasanya pendidikan lahir
seiring dengan keberadaan manusia, bahkan dalam proses pembentukan
masyarakat pendidikan ikut andil untuk menyumbangkan
proses-proses perwujudan pilar-pilar penyangga masyarakat.
Dalam hal ini, kita bisa mengingat salah satu ungkapan para
tokoh antropologi seperti Goodenough, 1971; Spradley, 1972; dan
Geertz, 1973 mendefinisikan arti kebudayaan di mana kebudayaan
merupakan suatu sistem pengetahuan, gagasan dan ide yang
dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai
landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap
dan berperilaku dalam lingkungan alam dan sosial di tempat
mereka berada (Sairin , 2002).
Sebagai sistem pengetahuan dan gagasan, kebudayaan yang
dimiliki suatu masyarakat merupakan kekuatan yang tidak tampak
(invisble power), yang mampu menggiring dan mengarahkan
manusia pendukung kebudayaan itu untuk bersikap dan berperilaku
sesuai dengan pengetahuan dan gagasan yang menjadi
milik masyarakat tersebut, baik di bidang ekonomi, sosial, politik,
kesenian dan sebagainya.
Sebagai suatu sistem, kebudayaan tidak diperoleh manusia
dengan begitu saja secara ascribed, tetapi melalui proses belajar
yang berlangsung tanpa henti, sejak dari manusia itu dilahirkan
sampai dengan ajal menjemputnya. Proses belajar dalam konteks
kebudayaan bukan hanya dalam bentuk internalisasi dari sistem
“pengetahuan” yang diperoleh manusia melalui pewarisan atau
transmisi dalam keluarga, lewat sistem pendidikan formal di
sekolah atau lembaga pendidikan formal lainnya, melainkan juga
diperoleh melalui proses belajar dari berinteraksi dengan lingkungan
alam dan sosialnya.
Kepribadian dalam Proses Kebudayaan
Fungsi pendidikan dalam konteks kebudayaan dapat dilihat
dalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian
manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah
sekadar jumlah kepribadian-kepribadian. Para pakar antropologi,
menunjuk kepada peranan individu bukan hanya sebagai bidakbidak
di dalam papan catur kebudayaan. Individu adalah kreator
dan sekaligus manipulator kebudayaannya. Di dalam hal ini studi
kebudayaan mengemukakan pengertian “sebab-akibat sirkuler”
yang berarti bahwa antara kepribadian dan kebudayaan terdapat
suatu interaksi yang saling menguntungkan.
Pendidikan dalam Lingkup Kebudayaan
Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan
dari ruang lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil
perolehan manusia selama menjalin interaksi kehidupan baik
dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil perolehan
tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Proses hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah
mengkisahkan suatu rangkaian pembelajaran secara alamiah.
Pada akhirnya proses tersebut mampu melahirkan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia. Disini kebudayaan dapat
disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam.
Alam telah mendidik manusia melalui situasi tertentu yang
memicu akal budi manusia untuk mengelola keadaan menjadi
sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.
Sumber :http://wikipedia.com hubungan pendidikan dan budaya
Telah kita ketahui bersama bahwasanya pendidikan lahir
seiring dengan keberadaan manusia, bahkan dalam proses pembentukan
masyarakat pendidikan ikut andil untuk menyumbangkan
proses-proses perwujudan pilar-pilar penyangga masyarakat.
Dalam hal ini, kita bisa mengingat salah satu ungkapan para
tokoh antropologi seperti Goodenough, 1971; Spradley, 1972; dan
Geertz, 1973 mendefinisikan arti kebudayaan di mana kebudayaan
merupakan suatu sistem pengetahuan, gagasan dan ide yang
dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai
landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap
dan berperilaku dalam lingkungan alam dan sosial di tempat
mereka berada (Sairin , 2002).
Sebagai sistem pengetahuan dan gagasan, kebudayaan yang
dimiliki suatu masyarakat merupakan kekuatan yang tidak tampak
(invisble power), yang mampu menggiring dan mengarahkan
manusia pendukung kebudayaan itu untuk bersikap dan berperilaku
sesuai dengan pengetahuan dan gagasan yang menjadi
milik masyarakat tersebut, baik di bidang ekonomi, sosial, politik,
kesenian dan sebagainya.
Sebagai suatu sistem, kebudayaan tidak diperoleh manusia
dengan begitu saja secara ascribed, tetapi melalui proses belajar
yang berlangsung tanpa henti, sejak dari manusia itu dilahirkan
sampai dengan ajal menjemputnya. Proses belajar dalam konteks
kebudayaan bukan hanya dalam bentuk internalisasi dari sistem
“pengetahuan” yang diperoleh manusia melalui pewarisan atau
transmisi dalam keluarga, lewat sistem pendidikan formal di
sekolah atau lembaga pendidikan formal lainnya, melainkan juga
diperoleh melalui proses belajar dari berinteraksi dengan lingkungan
alam dan sosialnya.
Kepribadian dalam Proses Kebudayaan
Fungsi pendidikan dalam konteks kebudayaan dapat dilihat
dalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian
manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah
sekadar jumlah kepribadian-kepribadian. Para pakar antropologi,
menunjuk kepada peranan individu bukan hanya sebagai bidakbidak
di dalam papan catur kebudayaan. Individu adalah kreator
dan sekaligus manipulator kebudayaannya. Di dalam hal ini studi
kebudayaan mengemukakan pengertian “sebab-akibat sirkuler”
yang berarti bahwa antara kepribadian dan kebudayaan terdapat
suatu interaksi yang saling menguntungkan.
Pendidikan dalam Lingkup Kebudayaan
Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan
dari ruang lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil
perolehan manusia selama menjalin interaksi kehidupan baik
dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil perolehan
tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Proses hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah
mengkisahkan suatu rangkaian pembelajaran secara alamiah.
Pada akhirnya proses tersebut mampu melahirkan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia. Disini kebudayaan dapat
disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam.
Alam telah mendidik manusia melalui situasi tertentu yang
memicu akal budi manusia untuk mengelola keadaan menjadi
sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.
Sumber :http://wikipedia.com hubungan pendidikan dan budaya
BUDAYA DARI PERSPEKTIF SEJARAH MUSIK KERONCONG
by shela mutia on Nov.22, 2009, under
SENI PERTUNJUKAN DALAM PERSPEKTIF SEJARAH:
KEBERADAAN MUSIK KERONCONG DI INDONESIA*
Seni Pertunjukan adalah segala ungkapan seni yang substansi dasarnya adalah yang
dipergelarkan langsung di hadapan penonton. Seni pertunjukan dapat dipilah menjadi tiga
kategori yakni:
1. Musik (vokal, instrumental, gabungan)
2. Tari (representasional dan non-representasional)
3. Teater (dengan orang atau boneka/wayang sebagai dramatis personae).(Kasim,
2005).
Agak sulit rasanya untuk membicarakan perkembangan seni pertunjukan di Indonesia
secara keseluruhan, sebab masing-masing kategori (musik, tari dan teater) memiliki
karakter dan kekhasan tersendiri dan sangat kompleks. Oleh sebab itu, saya tidak akan
membahas ketiga kategori di atas, tetapi akan memfokuskan pembahasan hanya pada seni
pertunjukan musik, khususnya musik keroncong.
Akan halnya keberadaan musik keroncong ini, ada beberapa pendapat yang berbeda.
Di satu pihak ada yang mengatakan bahwa sejarah perkembangan musik keroncong
dimulai pada abd ke 17, masa ketika kaum mardijkers, keturunan Portugis mulai
memperkenalkannya di Batavia. Dari tulisan-tulisan A.Th.Manusama, Abdurachman R.
Paramita, S. Brata dan Wi Enaktoe kita dapat memahami bahwa menurut mereka
keroncong bukanlah kesenian asli ciptaan orang-orang Indonesia.
Akan halnya keberadaan musik keroncong ini, ada beberapa pendapat yang berbeda.
Di satu pihak ada yang mengatakan bahwa sejarah perkembangan musik keroncong
dimulai pada abd ke 17, masa ketika kaum mardijkers, keturunan Portugis mulai
memperkenalkannya di Batavia. Dari tulisan-tulisan A.Th.Manusama, Abdurachman R.
Paramita, S. Brata dan Wi Enaktoe kita dapat memahami bahwa menurut mereka
keroncong bukanlah kesenian asli ciptaan orang-orang Indonesia.
Mulai tahun 1920-an, banyak lahir kelompok-kelompok keroncong di kota-kota besar
seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan Solo. Dan sebagian pemainnya
terdiri dari orang-orang Belanda. Dengan adanya unsur-unsur pemusik Barat, terutama di
Jakarta, Surabaya dan Bandung, mendorong timbulnya ”cap barat” pada musik
keroncong. ”Cap barat” itu semakin diperkuat oleh kenyataan perilaku para pelaku dan
penikmat keroncong yang agak ekslusif. Kebiasaan bernyanyi sambil minum minuman
keras, dansa-dansi, pesta-pesta dengan meniru budaya barat. Namun tidak demikian
halnya di daerah Jawa Tengah (Jogyakarta, Solo dan Semarang). Di Jawa Tengah
keroncong berakulturasi dengan musik tradisional setempat seperti gamelan. Fungsi alat
musik diidentikkan dengan fungsi alat musik dalam gamelan. Bass diidentikkan dengan
gong, cello dengan kendang, gitar dan biola atau suling dengan gambang serta rebab.
Lagu-lagu dari Jawa Tengah lebih tenang dan lembut. Irama dan perpindahan nadanya
lebih lambat, sehingga memungkinkan banyak cengkok dalam menyanyikan lagunya.
Cara menyanyikan dengan banyak cengkok juga identik dengan cara menyanyi lagu-laguJawa. Sehingga berkembang satu bentuk atau corak musik keroncong yang dikenal
dengan langgam (kroncong Jawa).
Agaknya, sekarang masyarakat Indonesia secara umum mengenal musik keroncong
sebagai sebuah kesenian musik khas Indonesia yang memiliki irama yang dinamis,
melodius dan teknik bernyanyinya dengan cengkok khusus, dibawakan oleh pemain
musik dan penyanyi yang sopan dan tidak banyak gerak dan gaya, sehingga terkesan
kaku. Banyak orang mengganggap keroncong adalah musik untuk kalangan orang tua.
Pada hal bila ditelusuri ke belakang, sebenarnya musik jenis ini justru dinyanyikan oleh
kalangan muda untuk merayu para nona-noni
Sumber: http://find-docs.com sejarah musik keroncong
nama:shela mutia
kelas :1ka32
npm:16110509
KEBERADAAN MUSIK KERONCONG DI INDONESIA*
Seni Pertunjukan adalah segala ungkapan seni yang substansi dasarnya adalah yang
dipergelarkan langsung di hadapan penonton. Seni pertunjukan dapat dipilah menjadi tiga
kategori yakni:
1. Musik (vokal, instrumental, gabungan)
2. Tari (representasional dan non-representasional)
3. Teater (dengan orang atau boneka/wayang sebagai dramatis personae).(Kasim,
2005).
Agak sulit rasanya untuk membicarakan perkembangan seni pertunjukan di Indonesia
secara keseluruhan, sebab masing-masing kategori (musik, tari dan teater) memiliki
karakter dan kekhasan tersendiri dan sangat kompleks. Oleh sebab itu, saya tidak akan
membahas ketiga kategori di atas, tetapi akan memfokuskan pembahasan hanya pada seni
pertunjukan musik, khususnya musik keroncong.
Akan halnya keberadaan musik keroncong ini, ada beberapa pendapat yang berbeda.
Di satu pihak ada yang mengatakan bahwa sejarah perkembangan musik keroncong
dimulai pada abd ke 17, masa ketika kaum mardijkers, keturunan Portugis mulai
memperkenalkannya di Batavia. Dari tulisan-tulisan A.Th.Manusama, Abdurachman R.
Paramita, S. Brata dan Wi Enaktoe kita dapat memahami bahwa menurut mereka
keroncong bukanlah kesenian asli ciptaan orang-orang Indonesia.
Akan halnya keberadaan musik keroncong ini, ada beberapa pendapat yang berbeda.
Di satu pihak ada yang mengatakan bahwa sejarah perkembangan musik keroncong
dimulai pada abd ke 17, masa ketika kaum mardijkers, keturunan Portugis mulai
memperkenalkannya di Batavia. Dari tulisan-tulisan A.Th.Manusama, Abdurachman R.
Paramita, S. Brata dan Wi Enaktoe kita dapat memahami bahwa menurut mereka
keroncong bukanlah kesenian asli ciptaan orang-orang Indonesia.
Mulai tahun 1920-an, banyak lahir kelompok-kelompok keroncong di kota-kota besar
seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan Solo. Dan sebagian pemainnya
terdiri dari orang-orang Belanda. Dengan adanya unsur-unsur pemusik Barat, terutama di
Jakarta, Surabaya dan Bandung, mendorong timbulnya ”cap barat” pada musik
keroncong. ”Cap barat” itu semakin diperkuat oleh kenyataan perilaku para pelaku dan
penikmat keroncong yang agak ekslusif. Kebiasaan bernyanyi sambil minum minuman
keras, dansa-dansi, pesta-pesta dengan meniru budaya barat. Namun tidak demikian
halnya di daerah Jawa Tengah (Jogyakarta, Solo dan Semarang). Di Jawa Tengah
keroncong berakulturasi dengan musik tradisional setempat seperti gamelan. Fungsi alat
musik diidentikkan dengan fungsi alat musik dalam gamelan. Bass diidentikkan dengan
gong, cello dengan kendang, gitar dan biola atau suling dengan gambang serta rebab.
Lagu-lagu dari Jawa Tengah lebih tenang dan lembut. Irama dan perpindahan nadanya
lebih lambat, sehingga memungkinkan banyak cengkok dalam menyanyikan lagunya.
Cara menyanyikan dengan banyak cengkok juga identik dengan cara menyanyi lagu-laguJawa. Sehingga berkembang satu bentuk atau corak musik keroncong yang dikenal
dengan langgam (kroncong Jawa).
Agaknya, sekarang masyarakat Indonesia secara umum mengenal musik keroncong
sebagai sebuah kesenian musik khas Indonesia yang memiliki irama yang dinamis,
melodius dan teknik bernyanyinya dengan cengkok khusus, dibawakan oleh pemain
musik dan penyanyi yang sopan dan tidak banyak gerak dan gaya, sehingga terkesan
kaku. Banyak orang mengganggap keroncong adalah musik untuk kalangan orang tua.
Pada hal bila ditelusuri ke belakang, sebenarnya musik jenis ini justru dinyanyikan oleh
kalangan muda untuk merayu para nona-noni
Sumber: http://find-docs.com sejarah musik keroncong
nama:shela mutia
kelas :1ka32
npm:16110509