Tugas Analisa Leksikal
by shela mutia on Nov.22, 2009, under
NAMA : SHELA MUTIA
NPM : 16110509
KELAS : 3KA33
TUGAS : PENGANTAR TEKNIK KOMPILASI
ANALISA LEKSIKAL
http://www.4shared.com/file/oWFt-ORA/analisaleksikal_sela.html
PENALARAN DEDUKTIF
by shela mutia on Nov.22, 2009, under
PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran adalah bentuk tertinggi dari pemikiiran dan
sebab itu lebih rumit dibanding pengertian dan proposisi. Secara sederhana
penalaran dapat di definisikan sebagai proses
pengambilan kesimpulan berdasarkan proposisi-proposi yang mendahu luinya.
Penalaran merupakan kegiatan, proses
atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu
pernyataan baru berdasar pada beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun
yang dianggap benar yang disebut premis. Jika suatu pernyataan atau proposisi
dilambangkan dengan kalimat yang memiliki nilai benar saja atau salah saja,
maka istilah sahih atau tidak sahih berkait dengan penalaran/reasoning ataupun
argumen. Contoh suatu pernyataan adalah: “Surabaya ibukota propinsi Jawa Timur”.
Istilah penalaran atau reasoning dijelaskan Copi (1978) sebagai berikut:
“Reasoning is a special kind of thinking in which inference takes place, in
which conclusions are drawn from premises” (p.5). Dengan demikian jelaslah
bahwa penalaran merupakan kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk
menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa
pernyataan yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar. Pernyataan yang
diketahui atau dianggap benar yang menjadi dasar penarikan suatu kesimpulan
inilah yang disebut dengan antesedens atau premis. Sedang hasilnya, suatu pernyataan
baru yang merupakan kesimpulan disebut dengan konsekuens atau konklusi.
Penalaran biasanya dibedakan dua macam penalaran:
yakni penalaran
deduktif dan penalaran induktif. Pada Penalaran deduktif,konklusi lebih sempit
dari premis. Pada penalaran induktif, konklusi lebih luas dari premis. Penalaran
induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan atau proses berfikir yang
menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang bersifat khusus
yang sudah diketahui menuju kesimpulan yang bersifat umum (general). Penalaran
deduktif adalah proses penalaran atau proses berfikir dari hal-hal yang
bersifat umum (general) yang kemudian dibuktikan kebenarannya dengan
menggunakan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang bersifat khusus.
Contoh Penalaran deduktif.
Semua manusia akan mati (premis mayor)
Baambang adalah manusia(premis minor)
Jadi:Bambang akan mati (konklusi)
Karenanya, Jacobs (1982:32) menyatakan: “Deductive
reasoning is a method of drawing conclusions from facts that we accept as true
by using logic ”. Artinya, penalaran deduktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan
dari pernyataan atau fakta-fakta yang dianggap benar dengan menggunakan logika.
Suatu hal yang sudah jelas benar pun harus ditunjukkan atau dibuktikan
kebenarannya dengan langkahlangkah yang benar secara deduktif.
KELEBIHAN PENALARAN DEDUKTIF
Pada proses induksi atau penalaran induktif akan didapatkan
suatu pernyataan baru yang bersifat umum (general) yang melebihi kasus-kasus khususnya
(knowledge expanding), dan inilah yang diidentifikasi sebagai suatu kelebihan
dari induksi jika dibandingkan dengan deduksi. Hal ini pulalah yang menjadi
kelemahan deduksi. Pada penalaran deduktif, kesimpulannya tidak pernah melebihi
premisnya. Inilah yang ditengarai menjadi kekurangan deduksi.
Perhatikan contoh induktif berikut:
Mangga manalagi yang masih muda kecut rasanya.
Mangga harum manis yang masih muda kecut rasanya.
Mangga udang yang masih muda kecut rasanya.
Mangga .... yang masih muda kecut rasanya.
------------------------------------------------------------------------
Jadi, semua mangga yang masih muda kecut rasanya.
Kesimpulan di atas bernilai benar karena sampai saat ini
belum ada mangga yang masih muda yang tidak kecut rasanya. Pernyataan itu akan
bernilai salah jika sudah ada ilmuwan yang menghasilkan mangga yang tidak kecut
rasanya meskipun masih muda. Dengan demikian, hasil yang didapat dari induktif
tersebut masih berpeluang untuk menjadi salah. Sedangkan pada deduktif yang
valid atau sahih, kesimpulan yang didapat diklaim tidak akan pernah salah jika
premis-premisnya bernilai benar (truth preserving), sebagaimana ditunjukkan tadi.
Inilah yang diidentifikasi sebagai kelebihan dari deduktif jika dibandingkan
dengan hasil pada proses induktif. Sampai saat ini, para filsuf sedang
memimpikan suatu bentuk argumen atau penalaran yang dapat menghasilkan
pernyataan baru yang bersifat umum yang melebihi kasus-kasus khususnya
(knowledge expanding); dan hasilnya tidak akan salah jika premis-premisnya
bernilai benar (truth preserving). Menurut Giere (1984:45), impian para filsuf
tersebut tidak akan terlaksana dan manusia dituntut untuk memilih salah satu
sesuai dengan kebutuhannya sebagaimana pernyataannya: “The philosophers’ dream
of finding a form of argument that would be both truth preserving and knowledge
expanding is an impossible dream. You must choose one or the other. You cannot
both.” Pernyataan Giere ini telah menunjukkan bahwa kedua penalaran itu
memiliki kelemahan dan kekuatannya sendiri-sendiri. Sebagai penutup dapat
disimpulkan bahwa pada penalaran deduktif yang valid, jika premisnya bernilai
benar maka kesimpulannya tidak akan pernah bernilai salah. Namun jika premisnya
bernilai salah maka kesimpulannya bisa bernilai salah dan bisa juga bernilai
benar.
Daftar Pustaka
Giere, R. N. (1984). Understanding Scientific Reasoning
(2ndEdition). New
York: Holt, Rinehart and Winston.